Rabu, 23 November 2011

penyakit kangker

BAB I
PENDAHULUAN
 Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai ‘Herpes’ oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster. 
1.  Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain ‘shingles’ adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh. 
2.  Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.
Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes) 
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster. 
Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.
Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes) 
Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian tubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes) 
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock. 
Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada 
kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters). 
Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 – 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% – 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
BAB II
GAMBARAN UMUM KASUS
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren.
Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis herpes genitalis.










BAB III
PERMASALAHAN
sebut saja dia Tini. Wanita berumur 28 tahun ini merasakan sering  keputihan. Di bagian vagina terasa gatal-gatal, perih dan ada bintilbintil kecil yang melepuh. Hal seperti itu mulai ia rasakan setelah setahun menikah. ''Suami saya kadang merasakan gatal-gatal dan ada bintil-bintil yang berair dan memecah pada kelaminnya,'' kata Tini. Itu terjadi sebelum Tini mengalami masalahnya. Setelah periksa ke dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin, Tini dan suaminya dinyatakan terkena  penyakit Herpes genitalis.  Apa sesungguhnya herpes pada kelamin itu? Dr Sunardi Radiono SpKK dari  SMF Kulit dan Kelamin RS Dr Sardjito/FK UGM, menjelaskan, Herpes genitalis adalah suatu penyakit disebabkan oleh virus herpes simpleks utamanya secara alamiah tipe 2 (HSV-2). Tetapi oleh karena perilaku seksual manusia macam-macam, seperti oral seks, bisa juga karena infeksi  herpes simpleks tipe 1 (HSV-1).
Kambuh lagi
Antara HSV-1 dan HSV-2 secara klinis tidak berbeda, kecuali tingkat kekambuhan. HSV-2 umumnya mengenai pasien dewasa seksual aktif. Tanda-tandanya pada alat genital alias kelamin.  Pada perempuan bisa peradangan dari selaput lendir vagina sampai vulva, juga pada kulit di sekitar genitalia. Itu pada waktu pertama kali terkena (primernya), muncul  lepuh-lepuh kecil, mudah terbuka/erosi sehingga menjadi seperti koreng kecil-kecil, merasakan gatal dari ringan sampai pedih/sakit, keputihan. Sedangkan pada laki-laki bintil-bintil kecil dan memecah dan berair seperti  koreng kecil-kecil. Ini kalau pertama kali terkena. Kalau serangan ulang  disebut herpes genitalis recurrent umumnya terbatas yang terkena, satu sisi  saja yang kena, jumlahnya bintil-bintilnya sedikit, tapi sering kambuh. HSV-1 normatif menyebabkan herpes simpleks labialis atau parsialis yang mengenai daerah bibir atau muka. Infeksi primer pada HSV-1 biasanya terjadi pada anak-anak  (bayi sampai tujuh bayi) muncul seperti  gomen.  Dalam waktu 10 hari, penyakit itu sembuh. Untuk membuktikannya, kata  Sunardi, perlu pemeriksaan laboratorium. ''Suatu saat setelah dia dewasa  bisa kambuh sebagai herpes simpleks labialis,'' katanya.  Penyakit herpes genitalis bisa dialami oleh orang di seluruh dunia, dengan perilaku seksual yang hampir sama. Umumnya penderita atau partnernya pernah mempunyai riwayat berhubungan seks dengan pasangan di luar nikah. Laki-laki yang tidak sunat, lebih berisiko terkena penyakit herpes  genitalis. Pasalnya, selaput lendirnya tipis. ''Kalau sudah disunat selaput  lendirnya tebal, menjadi kulit biasa, sehingga relatif lebih sulit tertular,'' jelas Sunardi. Pernah diteliti di negara lain, penduduk dewasa kota-kota  besar di  dunia yang positif pernah kontak dengan HSV-2 lebih dari 80 persen. Di Indonesia penduduk dewasa kota yang positif pernah kontak dengan HSV-2 di bawah 60 persen. Namun, jumlah mereka yang sampai jatuh sakit sedikit. ''Biasanya yang sampai tidak sakit itu  ada indikasi kehidupan seksualnya lebih baik,'' kata Sunardi lagi.











BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, kami mendapatkan pasien bernama Tini yang berusia 28 tahun dengan keluhan utamanya adalah adanya gelembung-gelembung berisi cairan di bahu (vesikel) sejak 3 hari yang lalu, gelembung awalnya timbul hanya 1 lalu pecah dan menyebar meluas ke lengan kanan dan paha kanan berwarna merah.
Dari sini kami dapat mengambil hipotesis sementara bahwa Tini mengalami suatu infeksi virus sehingga menimbulkan kelainan berupa vesikel. Dari gejala klinis yang dialami Tini, penyakit kulit tersebut dapat berupa varisela, herpes zooster, herpes simpleks, dermatitis herpetiformis, sifilis primer, dan impetigo vesikabulosa.
Namun karena dari hasil anamnesis selanjutnya didapatkan bahwa Tini tidak memiliki keluhan gatal-gatal sehingga hipotesis dermatitis herpetiformis dapat kita eliminasi. Karena pada penyakit kulit dermatitis herpetiformis disertai rasa yang sangat gatal.
Kemudian hipotesis impetigo vesikabulosa dapat pula kita eliminasi karena dalam pemeriksaan kulit tidak ditemukan adanya bula hipopion dan tidak tampaknya koleret yang merupakan hasil vesikel yang telah pecah. Sedangkan dalam pemeriksaan tersebut ditemukan adanya krusta.
Hipotesis Sifilis primer juga dapat dieliminasi karena dalam pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan Tzanck bukan pemeriksaan VDRL yang merupakan indikasi dari pemeriksaan pada penyakit Sifilis. Selain itu juga tidak ditemukan adanya erosi.

Jadi hipotesis yang tersisa adalah varisela, herpes simpleks, dan herpes zooster.
Ternyata dari riwayat penyakit terdahulunya, Tn. Heri Porter pernah menderita cacar (varisela) saat usianya 10 tahun. Jadi kami mendiagnosis bahwa Tn. Heri Porter menderita penyakit Herpes Zooster. Karena penyakit ini meupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer atau penderita pernah menderita varisela (cacar). Sehingga hipotesis herpes simpleks akhirnya dapat kita eliminasi juga.
Hal ini dapat terjadi karena sebenarnya pada waktu Tn. Heri Porter telah sembuh dari penyakit varisela, virus masih berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Selama kontak pertama tersebut, virus dapat mengembangkan infeksi laten (dormant) untuk beberapa tahun di sel satelit perineum ganglion saraf spinal dorsalis. Apalagi jika di sertai imun tubuh dalam keadaan menurun, virus tersebut bisa aktif kembali atau dalam keadaan reaktivasi sehingga menimbulkan adanya peningkatan aktivitas leukosit sisertai peningkatan cairan di kelenjar getah bening (KGB) agar virusnya tidak menyebar ke bagian tubuh lain.Hal ini mengakibatkan KGB Tn. Heri Porter di axilla dextra mengalami pembesaran.
Keluhan utamanya ialah adanya vesikel dimana akibat dari reaktivasi virus di ganglion saraf medulla spinalis kemudian virus tersebut masuk ke dalam aliran darah (viremia).
Apabila virus tersebut menyerang saraf sensori, bisa mengakibatkan neuralgia (nyeri pada saraf)
Apabila virus tersebut menembus sel endotel kapilerè ke epidermis kulitè bereplikasiè merusak sel epidermis
Apabila virus tersebut menyerang kulit, bisa berakibat pada reaksi imun sehingga menimbulkan peradangan. Lalu makrofag melepas IL-1 dan TNF-α.Dimana nantinya akan terjadi pengeluaran prostaglandinèpeningkatan permeabilitas vaskularè menimbulkan eritema (warna kemerahan).
Selain itu, peradangan tersebut dapat mengakibatkan degenerasi balon epidermisè epidermis terisi cairan dari dermisè menimbulkan vesikel. Dan apabila vesikel berubah menjadi pustul dan krusta, gejala tersebut dapat menyebar.
Apabila virus tersebut menyerang sistemik dapat menimbulkan gejala prodormal. Baik gejala prodormal sistemik (demam, pusing, malese), maupun prodormal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya). Hal ini dapat terjadi akibat IL-1 dibawa aliran darah ke pusat pengaturan suhu di hipotalamus sehingga mencetuskan respon fisiologik berupa peningkatan produksi panas dan berkurangnya pengeluaran panas sehingga sebelum timbul gejala, ia mengalami demam.
Sedangkan rasa nyeri disebabkan oleh adanya taranduksi sinyal akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorikmenjadi aktivitas listrikè ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin Adelta dan saraf tidak bermielin Cè kemudian menuju kornusdorsalis medula spinalisèke thalamusè korteks serebri { Impuls listrik dipersepsikan dan di diskriminasikan sebagai kulaitas nyeri setelah mengalami modulitas sepanjang saraf perifer dan di susunan saraf perifer }
Indonesia telah memiliki satu gugusan peraturan perundangan yakni :
1. Undang-Undang Nomor : 04 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular.
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 560 / Menkes / VII/ 1989 tentang Jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 560/ Menkes / VII/ 1989 khususnya Pasal 2 ayat (1) telah ditetapkan penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah yakni : (a) kholera, (b) demam kuning, (c) tifus bercak wabah, (d) pes, (e) demam bolak-balik, (f) demam berdarah dengue, (g) campak, (h) polio, (i) difteri, (j) pertusis, (k) rabies, (l) malaria, (m) influensa, (n) hepatitis, (o) tifus perut, (p) meningitis, (q) Encephalitis ; dan (r) antrax. Selanjutnya, dalam Pasal 3 UU Nomor 04 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, pembuat undang-undang memberi wewenang kepada Menteri Kesehatan untuk menetapkan penyakit yang digolongkan sebagai wabah penyakit menular.














BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit herpes atau yang paling dikenal masyarakat dengan penyakit cacar adalah radang kulit dengan tanda-tanda gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok pada permukaan kulit.
Penyakit Herpes ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
  1. Herpes Genetalis
  2. Herpes Zoster
Herpes Genetalis terjadi karena infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian vagina, penis, pintu dubur/anus, pantat dan pangkal paha/selangkangan. Penyebabnya adalah virus herpes simplex (VHS),  Sedangkan Herpes Zoster adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
Saran
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock. 
Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada 
kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters). 
Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 – 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% – 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.